Cerita Pendek Indonesia Mutakhir: Sebuah Pembicaraan, Oleh Korrie Layun Rampan [Katalog Buku]



Nama Buku: Cerita Pendek Indonesia: Sebuah Pembicaraan
Pengarang: Korrie Layun Rampan
Penerbit: CV Nur Cahaya, Yogyakarta
Tahun Terbit: 1982
Tentang Buku:
Naskah buku ini berasal dari sejumlah tulisan lepas yang telah dipublikasikan oleh berbagai surat kabar dan majalah. Oleh dorongan beberapa kawan, naskah itu saya tinjau kembali dan terencanalah penulisannya untuk sebuah buku. Apalagi mengingat semenjak buku Ajip Rosidi Cerita Pendek Indonesia (Gunung Agung, 1959) belum ada pembicaraan cerita pendek yang dibukukan. Dan atas kesediaan pihak CV Nur Cahaya untuk menerbitkannya, akhirnya terwujudlah pembicaraan Cerita Pendek Indonesia Mutakhir: Sebuah Pembicaraan ini.

Yang saya bicarakan dalam buku ini adalah kumpulan cerita pendek yang diterbitkan antara tahun 1971-1980. Juga beberapa cerita pendek lepas (yang belum dibukukan) yang saya anggap representatif mewakili pengarangnya. Dan satu pretensi dari buku ini ialah membicarakan semua kumpulan cerpen yang diterbitkan dalam kurun 1971-1980 beserta cerpen-cerpen lainnya yang belum mujur dibukukan, sedangkan nilai literer karya-karya itu telah mengangkat penulisnya menjadi cerpenis sastra yang baik.

Cerpen-cerpen lepas kebanyakan saya ambil dari majalah Horison, yang menjadi barometer cerpen mutakhir Indonesia, serta beberapa koran dan majalah seperti: Kompas, Sinar Harapan, Pikiran Rakyat, Sastra, Femina, Kartini, dan lain-lain.

Seperti juga pembicaraan saya terhadap puisi Indonesia mutakhir, pembicaraan ini pun tidak menampilkan ketokohan seorang cerpenis, tidak juga menyajikan wawasan estetik tertentu, tetapi hanya menyuguhkan telaan yang fragmentaris terbatas hanya pada kumpulan cerpen atau pada cerpen-cerpen yang dibicarakan. Jadi setiap pembicaraan bisa dianggap berdiri sendiri. Dan setiap penelaahan itu saya adakan semacam kesimpulan sendiri-sendiri pula, yang kadang berbeda dari kesimpulan terhadap kumpulan cerpen lain dari cerpenis yang sama. Hal ini saya lakukan sebab saya anggap setiap kumpulan cerpen atau cerpen-cerpen itu berdiri sendiri dan otonom, dan karenanya harus diadakan pendekatan dan penelaahan yang otonom dan secara terpisah pula. –(kata pengantar pengarang, hal.13)


Comments